To Top Page Up Page Down To Bottom Auto Scroll Stop Scroll

Ini blog buat catatan online aku aja, buat dibuka kalo lagi lupa sesuatu. Kalo lagi ada ide tulis, kalo lupa tinggal buka.

Rabu, 21 Juli 2021

Aniqueen - Sejuta Senyuman Lyrics

Meski tanganku sudah terasa lemah
Aku sapu keringat di wajah lelahku
Tangan yang sayu, rasaku ingin menyerah
Tapi ku tetap tegar menolak itu

Waktu yang singkat
Ku siapkan diri melawan rasa sakit
Genggam tanganmu, matahari pun terlihat
Ku yakin ini kan mewujudkan mimpiku

I will give to you my spirit and my warmest smile
Tergambar harapan di mataku dan matamu
So that will touch your heart even just for a little while
Lihat aku, yang menerjang mimpi sejuta senyuman

Dalam gelap tetaplah bersedih
Kerja keras meski melangkah perlahan
Dalam kesunyian aku tetap disini
Bernyanyi untuk merajut mimpi

Meski raga ini
Tak sanggup lagi tuk tetap berdiri
Langit yang baru lewati sulitnya hari
Ku yakin ini semua bukanlah mimpi

I will give to you my spirit and my warmest smile
Keajaiban kerja keras yang tak hianatimu
So that will touch your heart even just for a little while
Lihat aku, biarkan kulihat sejuta senyummu

Aku ini
Semangat impianku
Tak akan ada yang bisa menghalangiku

Walaupun dia sudah tak lagi berpihak
Dengan sejuta senyuman ku terus bergerak

I will give to you my spirit and my warmest smile
Tergambar harapan di mataku dan matamu
So that will touch your heart even just for a little while
Lihat aku, yang menerjang mimpi sejuta senyuman

 

Share:

Jumat, 02 Juli 2021

Membawa Sajam Untuk Menjaga Diri, Apakah Boleh ?

Jawabannya tidak boleh. Sekalipun kita gunakan untuk menjaga diri, tetap saja tidak boleh. Peraturannya sudah diatur dalam Undang-Undang Darurat No. 12 tahun 1951.

Undang-Undang Darurat No.12 tahun 1951 berbunyi :

  1. Barang siapa yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperolehnya, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk (slag-, steek-, of stootwapen), dihukum dengan hukuman penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun.

  2. Dalam pengertian senjata pemukul, senjata penikam atau senjata penusuk dalam pasal ini, tidak termasuk barang-barang yang nyata-nyata dimaksudkan untuk dipergunakan guna pertanian, atau untuk pekerjaan-pekerjaan rumah tangga atau untuk kepentingan melakukan dengan syah pekerjaan atau yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang pusaka atau barang kuno atau barang ajaib (merkwaardigheid).

Dalam pasal tersebut sudah jelas tercantum bahwa kita dilarang membawa atau menyembunyikan senjata tajam. Ancaman pidana yang tertera didalam pasal tersebut adalah maksimal 10 tahun penjara. Namun pasal tersebut tidak berlaku bagi orang yang membawa senjata tajam untuk urusan pekerjaan seperti bertani atau berdagang.

Alasan Gw Setuju Sama Pasal Tersebut

Gw ngerti alasan kenapa kita dilarang buat bawa sajam meskipun itu untuk jaga diri. Jujur aja, gw dulu itu kemana-mana bawa sajam, jenisnya pisau lipat sama karambit lipat. Gw bawa kedua sajam itu karena gw sadar kalo diri gw itu ga akan bisa menang kalo berantem pake tangan kosong. Secara kan badan gw kurus dan culun gini, jadi kalo ada orang jahat yang mau macem-macem dan gw gak ada senjata, pasti gw auto dibantai. Dengan bawa sajam gw jadi gak takut pergi kemana aja sendirian, karena gw mikirnya kalo misalnya ada apa-apa, gw tinggal tusuk aja orang jahatnya pake sajam. Karena dalam keyakinan gw, semua orang itu sama dihadapan senjata, mau orang itu kurus, gak kurus, tinggi, atau gak tinggi, semuanya sama, kalo ditusuk ya berdarah, kalo ditembak ya juga berdarah, sama aja. Dengan bawa sajam, gw jadi gak takut siapapun. Walaupun badan gw kurus kecil gini, tapi nyali gw gak kecil.

Komitmen gw bawa sajam pada awalnya cuma untuk berjaga-jaga aja, kalo misalnya ada orang jahat mau malakin gw, gw bisa langsung tusuk lehernya. Fyi, gw itu latihan akurasi pisau gw tiap hari, jadi kalo gw ngincer leher ya pasti kena leher. Tapi ada suatu momen dimana gw nyabut pisau gw dengan penuh amarah. Dan itu di tempat yang menurut gw paling gak ada bahaya-bahayanya sama sekali, yaitu di kampus.

Komitmen gw sejak awal dimana gw gak akan nyabut pisau gw kalo gw ga ada dalam keadaan bahaya akhirnya luntur. Komitmen gw luntur oleh emosi gw sendiri. Jadi kondisinya waktu itu gw ditipu orang, dan karena saking marahnya gw, gw berniat buat ngebunuh dia. Tapi endingnya gw ngebatalin niat gw. Dan gw bersyukur sampe sekarang gw masih bisa bersih, I never do any crime in my entire life, I'm clean.

Dari kejadian itu gw menyadari satu hal. Meskipun niat awalnya membawa sajam hanya untuk menjaga diri saja, tapi kita tidak tau kapan emosi akan datang dan menguasai diri kita, dan pada akhirnya melupakan niat awal kita. 

Gw setuju kalo semua orang gak boleh bawa sajam meskipun itu untuk bela diri. Karena terkadang perbuatan kriminal bisa terjadi tanpa ada niatan. Memang kita gak berniat buat melakukan tindak kriminal, tapi kalau emosi sudah menguasai diri kita, ceritanya akan jadi berbeda.

Share:

Kamis, 01 Juli 2021

Apa Artinya “Novel” Pada novelCoronaVirus ?

Kata “Novel” berasal dari bahasa Latin “Novus”, yang artinya “Baru”. Dalam dunia medis, “Novel” berarti sebuah virus atau bakteri baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Dengan begitu novel coronavirus memiliki artian sebuah virus baru dari varian corona yang belum pernah terindentifikasi sebelumnya.

Penggunaan nama novel coronavirus (n-CoV) tidak berlangsung lama, karena setelah virus tersebut teridentifikasi, nama final virus dan penyakit tersebut akan didiskusikan oleh International Classification of Diseases (ICD) dan juga International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV). Fyi, ICD adalah salah satu bagian dari divisi-divisi di WHO, sementara ICTV adalah sebuah organisasi berbeda yang berdiri sendiri.

Pengumuman nama final virus tersebut dilakukan oleh ICTV dan WHO pada tanggal 11 Februari 2020.

ICTV mengumumkan nama final virus tersebut adalah “severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2)”. Nama tersebut dipilih karena virus ini secara genetik adalah keturunan dari varian virus corona yang menyebabkan SARS outbreak pada tahun 2003. Meskipun berasal dari keluarga corona yang sama, namun kedua virus tersebut berbeda. Virus corona yang menyebabkan epidemi SARS pada tahun 2003 berbeda dengan virus corona yang menyebabkan pandemi 2019. Oleh sebab itu nama yang dipilih adalah SARS-CoV-2, yang berarti varian virus corona dari keluarga SARS jenis kedua.

ICD melalui WHO mengumumkan nama penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut adalah “coronavirus disease 2019” (COVID-19).

Nama virus dan nama penyakit yang disebabkannya biasanya memang memiliki nama yang berbeda. Sebagai contohnya, HIV adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS. Penamaan nama virus dan penyakit ini sudah melalui berbagai tahapan klasifikasi yang sudah ada sejak lama. Pengklasifikasian tersebut berguna untuk menentukan struktur genetik virus dan juga cara penanganan penyakitnya.

Share:

Idealisme Gw

Ringkasan dari postingan ini :

Idealisme gw yaitu :

  1. Gw gak mau bicara hal-hal yang gak berguna.
  2. Gw gak mau ngomongin kejelakan orang lain.
  3. Gw gak mau berdebat tentang hal yang gak berguna.
  4. Gw selalu bilang apa yang orang lain pengen dengar.
  5. Gw sulit percaya omongan orang lain.
  6. Gw sulit maafin orang lain.
  7. Gw gak mau ninggalin temen sesulit apapun keadaannya.

Jadi itulah idealisme-idealisme yang ada dalam diri gw, kalau mau tau penjelasannya dan awal mula terbentuknya idealisme tersebut dalam diri gw, silahkan lanjutkan saja membaca sampai akhir. :)

Idealisme

Setiap orang punya idealismenya sendiri-sendiri, termasuk gw. Idealisme gw terbentuk dari semua hal yang udah pernah gw alami. Secara gak sadar gw membentuk sebuah perisai didalam diri gw yang berfungsi untuk melindungi diri gw dari pengaruh-pengaruh luar. Dan perisai itulah idealisme gw. Apa aja sih idealisme gw ?

Gw gak mau bicara hal-hal yang gak berguna

Idealisme yang satu ini terbentuk dari pengalaman gw semasa kecil. Dimana waktu itu gw lagi main sama temen gw, dan gw secara gak sadar nyakitin hati temen gw. Jujur aja, dulu gw itu gw bukan orang yang pendiem banget kayak sekarang. Dulu gw suka banget main sama temen-temen gw, ngelakuin hal-hal bodoh bareng-bareng, dan gw bersyukur punya temen-temen kayak mereka. Tapi ada satu kebiasaan buruk gw, disaat gw udah akrab banget sama orang, omongan gw itu gak difilter, jadi terlalu jujur dan blak-blakan. Kebiasaan itu yang bikin beberapa temen gw sakit hati mendengar ucapan gw. Bahkan ada yang sampe nangis gw buat, parah bener kan. Mulai dari situ, gw gak mau ngeliat temen gw pada pergi dari tempat tongkrongan cuma gara-gara gw, dan akhirnya hal itu bikin gw mikir bahwa gw harus berubah.

Dan setelah bertahun-tahun berlalu, idealisme gw pun terbentuk. Gw cuma gak mau bicara hal-hal yang gak berguna. Dan gw lebih milih diam daripada bicarain hal-hal yang gak ada gunanya sama sekali. Itulah kenapa gw jadi orang pendiem yang jarang bicara. Bahkan gw jarang banget mulai suatu percakapan kalo emang gak ada keperluan. Karena apa ? karena gw gak mau yg gw bicarain itu hal yang gak berguna. Gw lebih memilih diam daripada nyakitin orang lain.

Gw gak mau ngomongin kejelakan orang lain

Dalam setiap obrolan, gw gak pernah mulai topik tentang kejelekan orang lain. Kenapa begitu ? Balik lagi ke idealisme gw yang pertama, yaitu gw gak mau ngomongin hal-hal yang gak berguna. Tapi selain itu, gw juga sadar sesuatu. Gw merasa setelah gw ngomongin kejelekan orang lain, gw merasa benci sama orang yang lagi diomongin itu. Padahal, gw juga gatau apa yang diomongin itu bener apa enggak. Tanpa tau apa-apa tentang orang yang lagi diomongin, tiba-tiba terlahirlah rasa benci. Goblok banget bukan ? Dari situ gw sadar kalo ngomongin kejelekan orang lain itu hanya akan melahirkan rasa benci.

Selain itu, gw jadi sadar akan sesuatu. Setiap orang yang ngomongin kejelekan orang lain, sebenarnya dia jauh lebih buruk dari orang yang lagi dia omongin. Contohnya gini, si A itu selalu ngomongin kejelekan B kepada si C, dan dia akan ngomongin kejelekannya si C kepada si D, dan begitu seterusnya. Tapi ternyata, si B,C, dan D semuanya kompak membenci si A. Kalau ternyata semua orang membenci si A, itu berarti ada yang salah dengan si A tersebut. Dan gw banyak banget nemuin orang kayak si A ini. Tapi berkat ketemu orang-orang kayak si A, gw jadi sadar akan satu hal. Apa itu ?

Setiap orang yang suka ngomongin kejelekan orang lain, secara gak langsung dia ngasih tau ke orang lain bahwa “Eh ini loh diri gw sebenernya, gw tuh suka ngomongin orang lain, nanti kalo lu gak ada juga lu yang bakal gw jelek-jelekin”. Nah lohhh wkwkwk. Temen gw di kampus dengan inisial M pernah bilang ke gw “Jangan sampe keburukan orang lain itu keluar dari mulut kita. Biarin aja orang lain tau pake mata mereka sendiri, asal jangan dari mulut kita, soalnya nanti kalo gak terbukti, semuanya bakal berbalik ke kita sendiri.”

Tapi gw masih gabisa ngehindar kalo diajak ngomongin kejelekan orang lain, walaupun sebenernya gw gak suka. Itu karena gw gak pinter nyari topik pembicaraan jadinya gw ikut alur aja topik yang lagi dibahas. Tapi yang pasti, gw gak pernah mulai topik yang berkaitan sama jelekin orang lain. Kalaupun lagi dibahas berarti itu yang mulai bukan gw.

Gw gak mau berdebat tentang hal yang gak berguna

Ya abisnya buat apa? buat apa berdebat? gw dapet apa? gak dapet apa-apa kan? jadi ya mending gw menghindar aja. Tapi gak semua debat gw hindari, debat yang gw hindari itu kalau misal debatnya tentang obrolan di warung kopi. Apalagi disana biasanya banyak orang yang lebih tua dari gw tapi ilmunya lebih dibawah. Dimana kondisinya mereka bicara berdasarkan opini dan bukan fakta. Saat dikasih fakta mereka bakal nyangkal karena berbeda dari apa yang selama ini mereka percaya. Kalau sudah seperti itu ya mending menghindar dari awal, karena kalau berdebat pun tidak ada gunanya, tidak akan dapat ilmu apa-apa, yang ada hanya dapat kesal saja wkwkwk. Bahkan kedua teman saya pernah saling pukul cuma gara-gara debat pilpres. Astaga dragon wkwkwk. Ada seseorang pernah berkata “Fanatisme yang berlebih itu tidak baik”, dan gw udah membuktikannya sendiri, orang fanatik rela melakukan apapun demi orang yang dibelanya, meskipun orang yang dibela tersebut bahkan tidak mengetahui kalau teman saya itu ada atau tidak.

Lalu debat yang berguna tuh contohnya apa? Gw coba kasih contoh satu ya, contohnya waktu kita presentasi. Saat kita presentasi, kita kan membawakan materi yang telah kita kuasai, lalu ada teman yang mendebat kita dan membantah pernyataan yang kita sampaikan pada waktu kita presentasi tadi. Temen kita membantah pernyataan kita menggunakan pernyataan dari sumber yang dia dapatkan. Ini baru seru, karena debatnya berdasarkan fakta dari penilitian masing-masing sumber, bukan dari opini pribadi. Kalau sudah begini saya akan semangat mendebat bantahan dari teman saya tersebut. Karena hasil akhir yang didapat sangat berguna, yaitu sumber mana yang lebih benar. Dan pada akhirnya saya bisa menggunakan sumber materi tersebut di masa depan. Debat yang seperti ini yang saya mau, yaitu debat yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan juga pengetahuan baru.

Gw selalu bilang apa yang orang lain pengen dengar

Saat orang lain kekeh akan statemen yang berasal dari opininya dan mengabaikan fakta yang ada, itu berarti orang itu sudah tertutup. Walaupun kita memberikan fakta dari berbagai macam sumber informasi seperti buku, media, jurnal, dll. Semua itu percuma kalau kita sedang berbicara dengan orang yang pikirannya tertutup. Gw kasih contoh satu ya, kalau misalnya ada orang yang berkata bahwa 1+1=3, namun di sumber informasi kita berkata kalau 1+1=2 dan sekaligus dijelaskan mengapa 1+1=2. Saat kita coba menjelaskan kepada orang tersebut bahwa 1+1=2, orang itu tidak akan menerima ucapan kita, bahkan menentangnya. Karena apa yang dia percaya selama ini adalah 1+1=3. Saat kita minta dia untuk membuktikan secara logis kenapa 1+1 bisa jadi 3, dia tidak akan bisa menjelaskannya. Intinya, dia tidak akan percaya bahwa 1+1=2 karena itu berbeda dengan apa yang dia percayai selama ini. Lalu apa yang akan gw lakukan kalo ketemu orang yang seperti itu ?

Gw bakal bilang “iya”. Sudah pasti gw bakal iya in aja. Meskipun dia bilang 1+1=3, gw bakal bilang “iya, lu bener”. Dengan gw bilang “iya” gw gaperlu berdebat, semua senang. Gw ga peduli dia salah atau benar. Kenapa? karena kalau dia sendiri saja tidak peduli sama dirinya sendiri, buat apa gw peduli? ya kan?

Tapi ada pengecualian kalau orang tersebut adalah teman gw, karena gw ga mau teman gw jatuh, jadi gw bakal sekuat tenaga mencegah teman gw jatuh. Kepedulian gw sama teman gw itu tinggi, tapi kalau dibanding sama orang lain yang sekedar kenal itu pasti beda jauh. Kalau misalnya ada teman gw yang bilang 1+1=3, gw bakal keplak pala dia, gw sumpelin pake buku-buku di perpus sampe dia percaya kalo 1+1=2.

Gw sulit percaya omongan orang lain

Oiya, disini gw ga bermaksud ngejelekin orang ya, cuma memang ini satu-satunya momen yang ngebentuk gw jadi sulit percaya omongan orang lain. Gw selama ini selalu percaya sama temen-temen gw, tapi setelah kejadian ini gw langsung berubah drastis.

Ini berawal dari gw yang dimanfaatin orang yang sekelas sama gw yg inisialnya H. Disini gw gak mau nyebut orang itu temen sekelas, karena levelnya udah beda. Dia penipu brengsek yang nipu semua orang disekitarnya. Pokoknya dia udah gw blacklist dari hidup gw. Kenapa kita semua bisa percaya omongan dia ? Karena dia ngemis-ngemis mohon-mohon supaya kita bantuin dia. Karena kita pikirnya kita kenal dia, dan sekelas juga di kampus, makanya kita mau bantu dia. Tapi endingnya malah kita ternyata cuma dimanfaatin sama dia. Kurang ajar. Temen gw kasusnya tugas akhirnya disalin sama dia, dan gak diedit sedikitpun. Kabar ini udah kesebar kemana-mana dan ini tuh udah bukan rahasia lagi. Kalau aja waktu itu dosennya gak peduli sama mahasiswanya, temen gw yang ngasih bantuan ke dia itu udah dibikin gak lulus matkul coy, gila gila, tega loh dia. Jadi aturannya kan ga boleh sama tugas akhirnya, kalo ketauan nanti gak lulus. Nah orang ini udah tau aturannya kayak gitu masih aja tega nyalin punya temen gw, astaga. Itu berarti dia tega bikin temen gw gak lulus. Orang gila memang. Dia itu ibarat benalu yang cuma mentingin dirinya sendiri.

Kasus temen gw itu beda sama kasus gw, jadi kasus gw itu gw ditelepon sama si H ini buat minjem duit, berapa juta gitu gw lupa. Alasannya katanya mobilnya mogok di jalan terus dia ga ada duit buat ke bengkel. Dia mohon-mohon ke gw buat ngasih dia pinjaman uang. Padahal kondisinya waktu itu udah mendekati UAS, dan gw harus segera bayar uang kuliah. Gw bilang ke dia kalo gw udah gapunya uang lagi. Tapi dia kekeh bilang kalo dia gapunya siapa-siapa lagi buat dimintain tolong. Terus dia juga bilang dia janji buat balikin uang gw minggu depan, tepat sebelum ujian dimulai. Ya karena gw kasian kan, akhirnya itu gw kasih pinjem uang kuliah gw coy. Terus, seminggu kemudian gw tagih tuh, tapi dia bilang belum ada uang. Terus gw tagih terus tuh setiap hari, karena itu uang kuliah gw, kalo gw belom bayar uang kuliah gw nanti gw gabisa ikut ujian. Akhirnya sampe ujian tiba, dia gak balikin juga uang gw tuh. Bajingan memang. Pada akhirnya gw memohon-mohon sama dosen-dosen yang berkaitan supaya gw dibolehin ikut ujian dulu walaupun gw belom bayar uang kuliah. Untungnya dosen-dosen tersebut baik hati dan mengizinkan gw untuk ikut ujian tanpa membayar uang kuliah terlebih dahulu.

Pada akhirnya karena uang gw gak balik-balik juga, gw nyari-nyari informasi ke semua orang yang gw kenal, mulai dari Biro Keuangan sampe Admin Kampus, gw tanya ke mereka tentang si orang brengsek ini, dan ternyata si brengsek yang katanya ga punya uang ini, dia udah bayar kuliah duluan. Bngsdd.. Ternyata uang yg dia pinjam ke gw itu buat bayar kuliah dia anjir. Dia ngebiarin gw lontang lantung belum bayar uang kuliah demi dia bisa bayar uang kuliah. Ini orang udah gapunya otak. Sumpah gw udah kesel banget dibuatnya, malah setelah tau kondisi gw, dia malah ngetawain gw didepan gw. Gw kesel banget disitu, sampe-sampe itu pisau lipat yang selalu gw bawa (buat bela diri), hampir aja gw tusukin ke leher dia tuh. Sumpah. Mati tuh orang kalo tangan gw gak ditahan sama temen gw. Tapi untungnya gw sadar kalo apapun yang bakal gw lakuin, itu gak bakal ngubah keadaan. Lagipula dosen gw baik hati ngebolehin gw ikut ujian walau gw belom bayar. Akhirnya gw langsung pulang aja, gw udah gamau liat muka dia lagi seumur hidup gw.

Endingnya sih dia tetep bayar hutang dia. Yaudah gpp lah yg penting balik uang gw. Tapi dari kejadian itu gw sadar, kalo selama ini mindset gw tentang sajam yg gw bawa tiap hari itu bisa berubah tergantung emosi gw. Gw udah berkomitmen ga bakal gunain senjata itu buat nyakitin orang lain, tapi ternyata gw hampir dikuasain emosi dan hampir nyalahgunain pisau lipat yang gw bawa. Dan hikmahnya, setelah kejadian itu gw udah gak bawa pisau lipat kemana-mana lagi. Lagipula bawa sajam itu resikonya gede. Kalau ketauan polisi, gw bisa kena pasal UU Darurat tahun 1991 tentang senjata tajam. Kalau udah kena pasal itu gw bisa diancam maksimal 10 tahun penjara. Tapi untunglah sekarang gw udah ga bawa sajam kemana-mana lagi, jadi mau jalan kemanapun gw tenang.

Gw sulit maafin orang lain

Sewaktu gw duduk di bangku sekolah, ada orang sekelas gw, sebut saja inisialnya Arya, dia minjam uang ke gw sambil mohon-mohon (minjamnya waktu gw udah lulus dan udah kerja), katanya udah 3 hari dia belum makan. Dan ternyata si bgsd ini juga nipu. Dulu gw gak sadar kalo dia itu penipu. Sampe akhirnya semua temen sekelas gw pada cerita kalo mereka dipinjamin uang sama si Arya tapi ga pernah balik. Wah anjyng bener kan tuh. Dulu tuh gw gak tau dia penipu, jadi karena kasian dan mohon-mohon, akhirnya gw kasih lah dia pinjaman uang. Pertama dia bilang, nanti dibayar 3 hari lagi nunggu gajian. Gw bilang oke, terus gw kasih. Terus pas udah hari H nya dia bilang lagi gajiannya diundur, terus uangnya habis jadi minta pinjam gw lagi. Gw iyain lagi tuh karena gw kasian. Begituuu terus sampe beberapa kali. Akhirnya gw udah capek kan nunggu-nunggu mulu. Terus pas gw tagih katanya “Nanti dulu ya tang, ini gw mau gadein hape sama laptop buat bayar utang lu”. And then, habis itu dia menghilang entah kemana.

Gw udah maafin dia berkali-kali, itu karena gw kasian sama dia, dan ternyata dia nipu gw. Bgsddd. Mulai dari situ dan berbagai penipuan yang gw alami. Gw udah gabisa lagi maafin orang dengan gampang. Karena apa? Karena gw mikir, kalo orang udah pernah ngelakuin tindakan jahat, berarti hati dia sebenarnya emang dasarnya udah jahat. Karena dasarnya udah jahat, dia jadi gampang ngelakuin hal-hal jahat ke orang lain. Dan hal tersebut membuat orang tersebut bisa saja mengulangi perbuatan jahatnya di masa depan. Ya karena memang basicnya udah jahat.

Jadi, kalau lu udah nunjukin sifat jahat lu ke gw, jangan harap gw maafin lu. Karena bisa aja sebenernya lu udah gw blacklist dari hidup gw, tapi gw berlagak sok-sok chill, jadi lu gatau.

Gw udah sering dimanfaatin orang, bahkan sama orang terdekat yang pernah gw anggap kakak sendiri. Gw mau maafin berkali-kali pun percuma, memang sifatnya udah begitu, gak akan berubah, lebih baik gw yang menghindar.

Gw gak mau ninggalin temen sesulit apapun keadaannya

Ini sifat terburuk sekaligus terbaik gw. Kenapa? Ini sifat yang buruk karena dengan sifat gw yang terlalu peduli sama teman, gw jadi gampang dimanfaatin. Tapi ini sifat terbaik gw juga. Kenapa begitu? Karena gw merasa hidup gw berguna dengan membantu teman-teman gw. Fyi, hidup gw itu kosong, ga ada tujuan, ga ada goals, gw cuma hidup tanpa semangat hidup. Tapi gw itu merasa senenggg banget kalo gw bisa bantu temen gw yg lagi kesusahan. Sesulit apapun itu kondisinya gw pasti bantu, gw pasti dateng disitu, gw gak mungkin pergi ninggalin temen gw sendirian. Setelah gw bantuin temen-temen gw yang lagi kesusahan, gw merasa hidup gw seneng banget. Gw berasa “inilah rasanya hidup yang sebenarnya”, dipenuhi rasa bangga, bangga atas diri sendiri karena telah melakukan sesuatu yang benar. Asli dah, hidup gw yang tadinya hampa mendadak berubah 180 derajat Cuma gara-gara gw nolong temen-temen gw yang lagi kesusahan.

Gak peduli seberapa pendiemnya gw, gak peduli seberapa gw terlihat gak peduli akan lingkungan sekitar, tapi kalo ada temen yang lagi butuh pertolongan pasti gw lari jadi orang yang paling depan buat nolongin mereka. Walaupun terkadang gw tau kalo gw gak mampu nolong. Tapi gw sadar akan satu hal, gw punya pengaruh yang tinggi. Dimana kalo orang lain ngeliat gw nolongin orang, pasti yang lain bakal ikut kepengaruh dan akhirnya ikutan nolong juga.

Gw pernah ada suatu momen, dimana temen gw kecelakaan motor dan kondisinya dia pingsan. Temen gw yg lain itu Cuma ngeliatin doang gak ada yang mau ngangkat. Setelah gw denger kabar kalo temen gw kecelakaan dan pingsan, gw langsung lari ke lokasi dia pingsan, gw langsung coba angkat itu badannya. Gw sebenernya tau, dengan badan kurus gw ini gw sadar gw gak akan mampu ngangkat dia sendirian. Tapi gw inget, gw diberkahi pengaruh yg tinggi oleh Tuhan, semua mata pasti tertuju sama gw. Gw mikir, kalo gw nolongin temen gw, temen yang lain juga pasti bakal ikutan nolong. Dan bener aja, temen-temen gw yang tadinya Cuma ngeliatin sambil foto-foto, langsung ikut bantuin gw ngangkat badannya setelah mereka ngeliat gw kesusahan ngangkat badan temen gw yg kecelakaan ini. Endingnya dia dibawa ke rumah sakit pake mobil yang gw gatau itu mobil siapa. Dan akhirnya keesokan harinya dia udah sehat lagi.

Dari situ gw sadar, gw selalu jadi orang pertama yg nolong temen-temen gw. Dan sesaat setelah gw nolong teman gw, teman-teman yang lain juga pasti bakal ikut nolong. Dan itu artinya gw bisa jadi penggerak awal. Emang sih butuh keberanian buat jadi penggerak awal. Gw dengan fisik gw yg culun ini juga gak nyangka kalo gw seberani itu buat jadi orang pertama yg bertindak.


Rangkuman singkat tentang idealisme gw sih gini :

Gw gak mau bicara hal-hal yang gak berguna.
Alasan : Karena gw gak pandai milih kata-kata, dan ucapan gw blak-blakan, hal itu bisa aja nyakitin orang lain.
Gw gak mau ngomongin kejelakan orang lain.
Alasan : Karena gw gak mau bicara hal-hal yang gak berguna.
Gw gak mau berdebat tentang hal yang gak berguna.
Alasan : Karena gak ada manfaatnya dan gw gak dapet apa-apa kecuali rasa ingin berantem.
Gw selalu bilang apa yang orang lain pengen dengar.
Alasan : Karena gw gak mau berdebat tentang hal yang gak berguna.
Gw sulit percaya omongan orang lain.
Alasan : Karena gw sering dimanfaatin orang lain.
Gw sulit maafin orang lain.
Alasan : Karena gw sulit percaya omongan orang lain.
Gw gak mau ninggalin temen sesulit apapun keadaannya.
Alasan : Ga ada alasan, mungkin ini udah bawaan lahir.

 

Gw cenderung pendiam sih, dan itu yang bikin gw gapunya banyak teman.

Dan sifat pendiam gw itu bukan cuma karena idealisme gw aja, ada banyak faktor yang mempengaruhi sifat dan kepribadian gw. Salah satunya yaitu faktor lingkungan keluarga.

Idealisme gw sendiri terbentuk tanpa gw sadar, dan idealisme gw tersebut banyak berperan dalam melindungi diri gw dari pengaruh-pengaruh luar.

Dari semua yang udah gw alami selama ini, gw jadi punya pemikiran baru.

Kualitas itu lebih penting daripada kuantitas.

Gw lebih prefer punya temen sedikit tapi kualitasnya emas semua,

Daripada punya banyak temen tapi temennya gak berkualitas.

 

Sekian postingan kali ini, semoga bisa menambah wawasan bagi pembacanya.
See you in the next post~

 

 

 

Share:

BTemplates.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Kontributor